GERAKAN AMAL SHOLEH SEDEKAH SUBUH (GASSS-PMB) SETIAP AHAD PAGI - TERSEDIA 50 PAKET SARAPAN GRATIS BAGI JEMAAH SUBUH MESJID AL IKHLAS MUTIARA BIRU - HADIRI PENGAJIAN BULANAN MINGGU KE IV TIAP MALAM JUM'AT BA'DA SHOLAT ISA - BAYARLAH (IPL)TEPAT WAKTU - FASILITAS KEAMANAN KENYAMANAN, LAMPU PENERANGAN JALAN, SAMPAH,KEBERSIHAN DAN KERAPIAN KOMPLEK MUTIARA BIRU DIBAYAR DARI IPL WARGA - MENIKMATI FASILITAS TANPA MEMBAYAR IPL ADALAH SEBUAH KEZALIMAN - AYOO...TETAP SEMANGAT MEMBANGUN MUIARA BIRU LEBIH BAIK

Advertisement

Main Ad

Tugu Ampera


Kampung Kolam atau yang sekarang lebih dikenal dengan Desa Kolam. Desa yang terletak di Kecamatan Percut sei tuan, Kabupaten Deliserdang, memiliki sejarah panjang. Bahkan tempat yang satu ini dahulunya memiliki sejarah kelam yang tak luput dari ingatan masyarakat.Ya tempat yang satu ini pernah diduduki oleh PKI yang mana peristiwa besar terjadi yakni pembantaian para pahlawan Republik Indonesia pascakemerdekaan. Dari sejumlah informasi yang berhasil dihimpun, PKI menjadikan Desa Kolam ini sebagai basis diperkirakan tahun 1965.

Kalau dari Kota Medan, menuju Desa Kolam memerlukan waktu kurang lebih satu jam. Dikarenakan letaknya cukup jauh dari Kota Medan, bisa dibilang berada di pedalaman Tembung, Deliserdang.

Ada dua arah menuju ke Desa kolam, pertama menggunakan Jalan Bandar Setia Tembung atau Pasar X Tembung. Dahulunya, PKI pun sering kali mengadakan kaderisasi di Kampung Kolam dengan naungan organisasi Fajar Harapan. Diawal kedatangan PKI yang menempatkan Desa Kolam ini, pada awalnya tidak lah menjadi masalah. Namun saat pemerintah menetapkan PKI sebagai organisasi terlarang sejak 30 September 1965 dimulailah percikan api tragedi Kampung Kolam.

 Kondisi Desa Kolam dahulunya merupakan perkebunan ladang, dan hutan. Jumlah penduduknya masih sedikit. Rumah yang satu dengan yang lain, jaraknya berjauhan. Desa Kolam juga banyak perkebunan tembakau. Alat bantu penerangannya hanya obor atau lampu semprong. Untuk mengempang pergerakan PKI, Pemuda Pancasila turut mengatu strategi.Saat itu, Ketua Pemuda Pancasila, MY ffendy Nasution yang kerap disapa Fendi Keling, Senin pagi 25 Oktober 1965 sekitar pukul 10.00 WIB pun menyusun strategi penumpasan dan pengepungan PKI di tiga sektor yakni daerah Pekan Tembung, Batangkuis, dan Pasar 10 Tembung guna melaksanakan perintah. 

Untuk mengetahui mana kawan dan lawan, angka 4 dan 2 menjadi kode tersendiri dalam aksi tersebut. 

Dengan kata lain, jika seseorang menyebut angka 4 maka teman yang lain harus menyahuti dengan angka 2, jika tidak ada sahutan maka disebut lawan. Sesuai strategi seluruhnya menyerbu secara bersamaan sekitar pukul 14.00 WIB. Pascatragedi 30 September, berdirinya tugu Ampera PKI di Desa Kolam sebagai pengingat sejarah panjang para pahlawan.

Di lokasi ini juga setiap tahunnya tepatnya pada malam 30 September dilakukan upacara penghormatan dan tabur bunga.Sejarah kelam tersebut, kini telah berubah, yang dikatakan orang-orang tidak perlu dikhawatirkan, karena suasana di sana saat ini begitu nyaman, aman, dan sejuk. Tidak ada kesan angker penuh mistik. Rambu-rambu bahaya pun tidak dijumpai di sepanjang perjalanan. Soalnya wajah Desa Kolam sekarang sangat jauh berbeda dengan yang dulu.

Keadaan Desa Kolam sudah lebih maju dan modern, jalannya tidak lagi jalan tikus, melainkan sudah diaspal dan lebar. Di kanan dan kiri jalan tidak lagi ilalang, tapi sudah halaman rumah orang. Listrik juga sudah masuk desa. Begitu juga dengan air bersih.Penduduknya mulai padat. Rumah-rumah kian berdempetan, meski masih tampak ladang-ladang berhamparan. Namun satu hal yang tidak berubah. Dari dulu hingga sekarang rutinitas penduduk Desa Kolam adalah berladang. Baik menggarap ladang sendiri maupun bekerja dengan orang lain.

Berbagai macam tumbuhan ditanam. Tapi hampir rata-rata adalah sayur dan buah-buahan seperti, sawi, gambah, cabai, ubi, pepaya, bayam, dan lainnya. Meskipun ada juga yang menggarap sawah.

Hasil panen, mereka jual ke pasar atau pekan yang ada di Kota Medan. Ada juga yang dijual diseputaran Desa Kolam, namun tidak terlalu banyak. Berdasarkan data yang didapat dari kantor Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang, saat ini jumlah keseluruhan warga Desa Kolam dari dusun I-XII ada 14.825 jiwa. Jumlah KK-3.097, warga berjenis kelamin laki-laki ada 7.875 jiwa, dan perempuan ada 6.950 jiwa.Untuk warga negara asing (WNA), jumlah KK-13 orang, laki-laki ada 37 orang, dan perempuan ada 32 orang. Jadi totalnya ada 69 orang. Sedangkan warga yang memeluk agama Islam ada 13.350 orang, Kristen-547 orang, Buddha-73 orang, dan Hindu-15 orang. Sementara tempat ibadah ada 5 masjid, 14 musholla, 3 gereja, dan 1 vihara.Sedangkan untuk gedung sekolah, jumlahnya tidak banyak. Hanya ada 2 gedung sekolah, yakni untuk tingkat SD dan SMP. 

Sementara untuk melanjutkan kejenjang SMA, banyak diantaranya harus keluar dari Desa Kolam untuk melanjutkan sekolah.Karena banyaknya pendatang, kini penduduk yang tinggal di Desa Kolam mulai beragam. Dari agama hingga sukunya. Ada suku Batak, Melayu, dan mayoritas adalah Jawa. (mft/tribun-medan.com)

https://medan.tribunnews.com/2021/09/05/mengenal-desa-kolam-dan-tugu-ampera-pki-ternyata-miliki-sejarah-kelam-ini?page=all

 

Posting Komentar

0 Komentar