Kalau dari Kota Medan, menuju Desa Kolam memerlukan waktu kurang lebih satu jam. Dikarenakan letaknya cukup jauh dari Kota Medan, bisa dibilang berada di pedalaman Tembung, Deliserdang.
Ada
dua arah menuju ke Desa kolam, pertama menggunakan Jalan Bandar Setia Tembung
atau Pasar X Tembung. Dahulunya, PKI pun sering kali
mengadakan kaderisasi di Kampung Kolam dengan naungan organisasi Fajar
Harapan. Diawal kedatangan PKI yang
menempatkan Desa Kolam ini, pada awalnya tidak
lah menjadi masalah. Namun saat pemerintah menetapkan PKI sebagai organisasi
terlarang sejak 30 September 1965 dimulailah percikan api tragedi Kampung
Kolam.
Untuk mengetahui mana kawan dan lawan, angka 4 dan 2 menjadi kode tersendiri dalam aksi tersebut.
Dengan
kata lain, jika seseorang menyebut angka 4 maka teman yang lain harus menyahuti
dengan angka 2, jika tidak ada sahutan maka disebut lawan. Sesuai strategi
seluruhnya menyerbu secara bersamaan sekitar pukul 14.00 WIB. Pascatragedi 30
September, berdirinya tugu Ampera PKI di Desa Kolam sebagai
pengingat sejarah panjang para pahlawan.
Di
lokasi ini juga setiap tahunnya tepatnya pada malam 30 September dilakukan
upacara penghormatan dan tabur bunga.Sejarah kelam tersebut, kini telah
berubah, yang dikatakan orang-orang tidak perlu dikhawatirkan, karena suasana
di sana saat ini begitu nyaman, aman, dan sejuk. Tidak ada kesan angker
penuh mistik. Rambu-rambu bahaya pun tidak dijumpai di sepanjang
perjalanan. Soalnya wajah Desa Kolam sekarang
sangat jauh berbeda dengan yang dulu.
Keadaan Desa Kolam sudah lebih maju dan modern, jalannya tidak lagi jalan tikus, melainkan sudah diaspal dan lebar. Di kanan dan kiri jalan tidak lagi ilalang, tapi sudah halaman rumah orang. Listrik juga sudah masuk desa. Begitu juga dengan air bersih.Penduduknya mulai padat. Rumah-rumah kian berdempetan, meski masih tampak ladang-ladang berhamparan. Namun satu hal yang tidak berubah. Dari dulu hingga sekarang rutinitas penduduk Desa Kolam adalah berladang. Baik menggarap ladang sendiri maupun bekerja dengan orang lain.
Berbagai macam tumbuhan ditanam. Tapi hampir rata-rata adalah sayur dan buah-buahan seperti, sawi, gambah, cabai, ubi, pepaya, bayam, dan lainnya. Meskipun ada juga yang menggarap sawah.
Hasil
panen, mereka jual ke pasar atau pekan yang ada di Kota Medan. Ada juga yang
dijual diseputaran Desa Kolam, namun tidak terlalu
banyak. Berdasarkan data yang didapat dari kantor Desa Kolam,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang, saat ini jumlah keseluruhan warga Desa Kolam dari
dusun I-XII ada 14.825 jiwa. Jumlah KK-3.097, warga berjenis kelamin
laki-laki ada 7.875 jiwa, dan perempuan ada 6.950 jiwa.Untuk warga negara asing
(WNA), jumlah KK-13 orang, laki-laki ada 37 orang, dan perempuan ada 32
orang. Jadi totalnya ada 69 orang. Sedangkan warga yang memeluk agama
Islam ada 13.350 orang, Kristen-547 orang, Buddha-73 orang, dan Hindu-15 orang.
Sementara tempat ibadah ada 5 masjid, 14 musholla, 3 gereja, dan 1 vihara.Sedangkan
untuk gedung sekolah, jumlahnya tidak banyak. Hanya ada 2 gedung sekolah,
yakni untuk tingkat SD dan SMP.
Sementara untuk melanjutkan kejenjang SMA, banyak diantaranya harus keluar dari Desa Kolam untuk melanjutkan sekolah.Karena banyaknya pendatang, kini penduduk yang tinggal di Desa Kolam mulai beragam. Dari agama hingga sukunya. Ada suku Batak, Melayu, dan mayoritas adalah Jawa. (mft/tribun-medan.com)
0 Komentar